Thursday, December 29, 2011

Di negara asalnya BB di lempar, Tapi di Indonesia di beli

Jakarta - Rencana aksi pelemparan BlackBerry di depan Kedutaan Besar Kanada sejatinya akan dilakukan sebelum pergantian tahun. Namun sepertinya pelaksanaan aksi tersebut harus tertunda lantaran belum mendapat izin kepolisian."Bukan tidak jadi, hanya menunda. Kita konsisten dengan pelaksanaan aksi itu," kata Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala, saat dihubungidetikINET, Kamis (29/12/2011).

Kamilov memahami kondisi saat ini di mana aparat keamanan sedang fokus pada pengamanan suasana Natal, tahun baru dan kasus-kasus bentrokan di daerah seperti di Bima, Nusa Tenggara Barat.

"Mereka membolehkan, karena ini kan menyangkut kebebasan berpendapat. Namun mereka meminta pengertian kami akan situasi ini, dan kami memahaminya. Tempat-tempat seperti Kedubes, itu adalah objek vital. Jika dipaksakan, kita membebani pihak keamanan," jelas pria yang enggan menggunakan BlackBerry ini.

Namun Kamilov belum bisa memastikan kapan aksi ini digelar. Dia hanya berharap, begitu izin didapatkan mereka langsung menjalankannya. "Jikacleareance dari kepolisian sudah ada, kita langsung jalan," ujarnya.

Disebutkan Kamilov, segala persiapan untuk menggelar aksi itu sudah rampung. Dalam aksi ini, akan ada pula petisi protes ke Research In Motion (RIM) selaku pembesut smartphone BlackBerry.

Kamilov menanggapi santai sebagian pihak yang sinis dengan gerakan yang digagasnya. Menurut dia, mereka hanyalah sebagian kelompok kecil yang tidak teredukasi dengan baik mengenai isu ini.

"Saya pikir yang mendukung lebih banyak. Mereka yang mendukung adalah orang-orang yang paham apa masalahnya," yakin Kamilov yang tidak menyebutkan berapa banyak massa yang akan ikut aksi demo ini.

Wednesday, December 21, 2011

di ujung masa Windows XP


CIPANAS - Daur hidup Windows XP telah sampai di ujungnya. Windows XP yang diluncurkan pertama kali pada 2001 silam ini, kini akan digantikan oleh Windows 7.

"Ini bukan kami matikan, tapi lifecycle-nya sudah selesai, Windows XP. Tidak ada update lagi. Service pack-nya pun sudah tidak ada," kata Hermawan Sutanto, Central Marketing Director Microsoft Indonesia ketika ditemui di Novus Resort&Spa, Cipanas, Sabtu (26/11/2011). Sudah 10 tahun lamanya XP hadir sebagai salah satu versi windows yang umum dipakai untuk keperluan rumah atau bisnis. Kini Windows 7 dengan berbagai update dan optimalisasinya tengah menempati posisi XP.

Apakah hal serupa akan terjadi juga pada Vista yang meluncur tak lama setelah XP?

"Kalau Vista masih ada lifecycle-nya. Jadi sebuah produk itu di-support sampai berapa tahun, lalu lifecycle-nya lewat dan akan langsung move-on," terang Hermawan.

"Windows 7 juga, pada saat lifecycle-nya sudah lewat, mungkin sudah Windows 9, Windows 10," tandasnya.

Jupiter Bergejolak...!!


WASHINGTON - Baru-baru ini sebuah penelitian berhasil mengungkap bahwa bagian inti dari planet terbesar di tata surya kita, nampaknya sedang dalam proses menghancurkan diri sendiri. Namun, hal yang lebih menarik dari hasil penelitian tersebut adalah kemungkinan bahwa Jupiter sebenarnya tidak mempunyai inti sama sekali. Demikian diwartakan Softpedia, Selasa (20/12/2011).

Tim yang melakukan penelitian tersebut dipimpin oleh Hugh Wilson dan Burkhard Militzer, keduanya merupakan ilmuwan peneliti planet-planet dari university of California. Hasil penelitian mereka juga mengungkapkan bahwa penyebab keadaan tersebut adalah gas yang menyelubungi Jupiter. Diwartakan Sciencenow, Hugh dan Burkhard telah melakukan perhitungan kuantum mekanik untuk melihat apa yang terjadi ketika magnesium oksida (MgO), bahan utama dalam batu inti Jupiter terendam dalam cairan hidrogen-helium di hati planet tersebut. Suhu di sana berkisar 16.000 Kelvin, lebih panas ketimbang permukaan matahari kita dan memiliki tekanan sekira 40 juta atmosfer.

Seperti dilaporkan dalam makalah yang disampaikan pada Physical Review Letters, menurut perhitungan tim, MgO memiliki tingkat kelarutan yang sangat tinggi. Itu berarti batu padat dalam inti Jupiter melarut menjadi cairan, namun tidak diketahui berapa tepatnya tingkat erosi yang terjadi. Hugh dan Burjhard sebelumnya memperhitungkan bahwa es di dalam inti planet itu juga larut. Jadi, inti Jupiter saat ini tidak sebesar saat planet tersebut terbentuk dahulu. Melakukan analisa terhadap sesuatu yang terjadi di Jupiter, menjadi penting bila dilihat dari dua sudut pandang utama. Satu, apa pun yang terjadi pada Jupiter akan mempengaruhi segala hal lain dalam tata surya kecuali Matahari. Dua, hasil penelitian dapat digunakan sebagai variabel untuk penelitian terahadap planet-planet di luar tata surya.

Ukuran Jupiter hampir dua kali lipat dari berat seluruh planet di tata surya kita. Kehadirannya sangat penting untuk pengaturan tata surya. Jika Jupiter menyimpang dari orbitnya sekarang, pergerakannya akan menarik seluruh planet raksasa lain bersamanya dan bisa menghancurkan Bumi, Mars, Venus dan Merkurius.(COPAS okezone.com)

Tuesday, December 20, 2011

Catatan Kecil: Ilustrator Transformer dan GI JOE ternyata lulusan ITB

Catatan Kecil: Ilustrator Transformer dan GI JOE ternyata lulusan ITB

Catatan Kecil: Jadwal Sementara motogp 2012

Catatan Kecil: Jadwal Sementara motogp 2012

Catatan Kecil: Bahasa C untuk MC Atmega8535

Catatan Kecil: Bahasa C untuk MC Atmega8535

Catatan Kecil: Animator Indonesia Berbekal "Never Give Up"

Catatan Kecil: Animator Indonesia Berbekal "Never Give Up"

Animator Indonesia Berbekal "Never Give Up"


Berawal dari kecintaannya pada karakter fiksi seorang
detektif remaja berjambul bernama Tintin, animator muda asal Indonesia bernama Rini Triyani Sugianto (31)
sukses menembus kancah perfilman Hollywood. Rini yang saat ini bekerja sebagai animator di perusahaan
WETA digital di Selandia Baru, ikut menggarap film “The Adventures of Tintin.“
Sebelumnya, wanita lulusan S2 dari Academy of Arts di San Francisco, California ini rela meninggalkan
pekerjaan dan kehidupannya di Amerika dan pindah ke Selandia Baru, setelah mendapat tawaran untuk
menggarap film yang disutradarai oleh Stephen Spielberg ini.
“WETA waktu itu lagi hiring untuk ‘Tintin’ sama ‘Rise of the Apes.’ Lalu setelah itu saya ditelepon.
Katanya, ‘Mau pindah ke Selandia Baru atau nggak? Saya grew up dengan Tintin, sewaktu masih
kecil baca Tintin terus. Akhirnya saya nggak bisa nolak dan pindah ke sini tahun kemarin,” tutur Rini.
Film “The Adventures of Tintin” adalah film layar lebar Hollywood pertama di mana Rini ikut menjadi salah
satu animatornya. Ini merupakan prestasi yang luar biasa, tentunya juga membuat hati Rini senang.
“Waktu itu senang ya, pas diwawancara (untuk pekerjaan ini), lucunya karena saya di LA punya
anjing dan Tintin ada karakter anjingnya, Snowy. (Mereka) agak-agak tertarik juga mungkin karena
saya punya anjing jadi mungkin lebih tahu gerakannya anjing karena tiap hari melihat gerakannya.
Senangnya dapat kesempatan untuk kerja di film sebesar Tintin. Apalagi dengan sutradaranya
semacam Stephen Spielberg. Baru pertama kali ini kerja dengan sutradara terkenal,” ujarnya.
Walaupun begitu, Rini mengaku belum pernah bertemu langsung dengan Stephen Spielberg. “Seminggu
sekali, ada director review lewat video conference. Jadi melihatnya hanya dari video aja,” tambah
Rini.
Orang Indonesia yang Terlibat
Dalam film “The Adventures of Tintin,” Rini bertindak sebagai animator dengan andil
paling besar. “Kebetulan di film ini, saya mengerjain paling banyak adegannya, total ada 70 shot di
film Tintin,” ujar Rini.
Selain Rini, ternyata ada orang Indonesia lain yang terlibat di film Tintin. “Saya memang salah satu
animatornya. Tapi setahu saya ada beberapa orang Indonesia yang juga terlibat,” kata Rini.
Ada sekitar 800 orang yang bekerja di perusahaan ini dan rupanya ada 3 orang Indonesia lainnya yang juga
bergabung dengan perusahaan ini.
“Dua orang Indonesia lainnya yang terlibat di Tintin adalah Sindharmawan Bachtiar dan Eddy
Purnomo. Kita beda departemen sih. Lalu ada satu lagi Amanda Pamela, tapi saya nggak tahu dia
ikutan di Tintin atau tidak,” ujarnya.
Menurut dia, Sindharmawan dan Eddy Purnomo sudah lebih dulu bekerja di Weta. Sedangkan Rini sendiri
baru bergabung di perusahaan tersebut pada 2011 ini.
Tantangan & Kebanggaan
Menggarap film yang memiliki tokoh terkenal seperti Tintin memiliki tantangan tersendiri. “Yang paling
besar, adalah karena komiknya itu udah terkenal. Jadi orang-orang sudah familiar sama
karakternya. Kita nggak bisa sembarangan mengubah ceritanya atau mengubah terlalu jauh dari
aslinya,” tambahnya.
Penggarapan film ini juga memakan waktu yang tidak sebentar. “Animasinya sendiri, full production-nya
mungkin sekitar setahun setengah. Tapi proyeknya sendiri sudah mulai sekitar empat tahun lalu.
Tapi, untuk beberapa tahun pertama, mereka hanya mengerjakan ceritanya. Fokusnya adalah untuk
mengerjakan storyboard sampai solid,” kata Rini.
Melihat nama orang Indonesia di film sebesar Tintin tentunya merupakan kebanggaan tersendiri, terutama bagi
orang tua Rini yang sudah nonton film “The Adventures of Tintin” di Indonesia.
“Begitu dengar bakal main di Indonesia, langsung saya suruh nonton. Orang tua kebetulan memang
bukan orang yang sering nonton film. Mungkin pertama kali dalam jangka waktu sepuluh tahun dan
Tintin film pertama yang mereka tonton. Mereka cukup bangga akan melihat nama (Rini) di big
screen,” ujar wanita yang hobi fotografi, travelling dan climbing ini..
Rini mengaku orang tuanyalah yang selalu mendukung segalanya dalam hal karier dan kehidupan. “Mereka
mendukung sewaktu saya sekolah dan waktu saya ngambil keputusan untuk sekolah lagi di bidang
animasi, dan orang tua saya waktu itu sama sekali nggak ngerti animasi itu apa. Tapi, mereka
percaya kalau pilihan Rini akan membuat Rini bahagia. Mereka mendukung penuh mulai dari bayar
sekolah sampai mencari pekerjaan,” tambah Rini.
Saat ini, Rini juga sedang menggarap animasi untuk film Hollywood lainnya. “Sekarang lagi ngerjain film
“The Avengers,” jadi kalau pada nonton film “Thor” dan “Captain America” dulu, ada klip-klipnya
untuk “The Avengers.” Ini gabungan semua superhero,” jelasnya.
Pesan Rini terutama kepada sesama animator adalah untuk tidak pernah putus asa dalam menggapai cita-cita.
“Never give up. Kalau memang ada perusahaan yang animator-animator Indonesian mau tembus,
pelajarin tipe animasi mereka dan buat animasi yang seperti tipe yang mereka kerjakan. Lama-lama
akan terbuka peluangnya.”

Griselda salah satu pencipta karakter di film Shrek


Shrek merupakan salah satu karakter populer di dunia perfilman animasi. Siapa
sangka, salah satu pencipta karakter di film Shrek itu adalah orang Indonesia, yaitu Griselda Sastrawinata.

Griselda adalah perempuan asal Indonesia yang bekerja sebagai animator di studio film ternama Dreamworks
di California, Amerika Serikat, yang menghasilkan film-film animasi terkenal seperti Shrek, Madagascar,
Kungfu Panda & Bee Movie.
Ia bekerja sebagai visual development artist, di Artistic Department. Griselda adalah 1 dari 5 perempuan
yang bekerja sebagai artist di Dreamworks.
Proyek yang dikerjakan Griselda adalah film Shrek Forever After dan ia terlibat menciptakan sebuah
karakter atau tokoh baru dalam serial yang pertama kali diluncurkan tahun 2001 tersebut. Ia sudah 3 tahun
bekerja di sana. Tantangan utamanya bekerja di Dreamworks adalah dikejar tenggat waktu (dealine).
Hobi Menggambar
Berawal dari hobi menggambar, gadis yang lahir pada tahun 1982 ini memutuskan pindah ke AS saat kelas
dua dari SMA Pelita Harapan Jakarta. Setelah menamatkan SMA-nya di Negeri Paman Sam, ia melanjutkan
studi ke Art Center College of Design (ACCD) di Pasadena, California AS dan masuk di jurusan ilustrasi.
Dari sana ia mendapatkan bachelor fine art.
Selain bekerja di Dreamwork, Griselda mengajar ilmu komunikasi visual di kampus almamaternya tersebut.
Meski masih enjoy di Dreamwork, ia mengaku tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti berkarya di
Indonesia.

Ilustrator Transformer dan GI JOE ternyata lulusan ITB

Karena tergila-gila pada komik, Chris m
encari beasiswa S2 untuk ilmu pembuatan komik di AS. Program magang di
Devil's Due Publishing mempertemukannya dengan Hasbro, pemilik lisensi komik Transformers dan GI JOE. Dari situ
karir Chris Lie di dunia per-komik-an dimulai.
Nama Chris Lie memang tak setenar Chris John. Tapi keduanya
merupakan putra bangsa yang sama-sama mengharumkan nama
Indonesia. Bedanya, kalau Chris John adalah petinju pemegang
gelar "Super Champions" kelas bulu WBA, sedangkan Chris Lie
adalah ilustrator komik yang karya-karyanya sudah diangkat ke layar
lebar.
Anda tentu masih ingat fenomena film Transformers: Revenge of
the Fallen, setahun silam. Waktu itu, calon penonton bioskop rela
mengantre demi selembar tiket film peperangan antarrobot. Hanya
seminggu setelah dirilis, film yang dibintangi Shia Labeouf dan
Megan Fox ini mampu meraup penghasilan US$200 juta (setara
Rp1,83 triliun). Film Transformers diangkat dari komik yang salah
satu ilustratornya adalah Christiawan Lie, pria kelahiran Bandung,
5 September 1974.


Ya, Chris, sapaan karib Christiawan, merupakan ilustrator komik yang karya-karyanya sudah beredar di seluruh dunia. Di
antaranya, Transformers, GI JOE, Ninja Tales, Voltron, Return of The Labyrinth (peraih New York Times Manga Best Seller
#4, bersaing dengan komik Naruto), dan Drafted One Hundred Days, yang salah satu serialnya mengangkat kisah Barrack
Obama. “GI JOE itu karya pertama saya,” kenang Chris, seperti dikutip Warta Ekonomi.
Saat ini Chris dan Mark Powers, mantan editor X-Men yang menjadi mitra kerjanya, sudah mendaftarkan copyright dan
trademark komik serial Drafted. Bahkan, New Line Cinema, salah satu studio film besar di AS tengah melakukan
negosiasi film yang mengadopsi komik Drafted.
Tak cukup sampai di situ, game Marvel Ultimate Alliance II (Activision) untuk Playstation3/XBOX360, juga karya Chris. Di
game tersebut, Chris mengonsep ulang desain karakter superhero dari komik Marvel agal lebih up to date dengan
tampilan visual yang lebih keren.
Paling tidak, sampai saat ini, Chris – tentunya lewat perusahaannya yang bernama Caravan Studio, sudah menghasilkan
13 grafik novel dan komik, sepuluh ilustrasi, empat desain konsep, enam desain mainan, dan ilustrasi kemasan. Chris Lie
merupakan salah satu orang Indonesia yang berhasil menembus industri komik mainstream di AS.
Magang Membawa Berkah
Chris memang tergila-gila pada komik. Ia mulai jatuh cinta pada komik saat membaca Tintin, saat kelas 3 SD. Selanjutnya,
ia coba-coba menggambar komik. Lulus dari SMU Negeri 3 Surakarta, Chris bilang ke orang tuanya kalau dirinya ingin
meneruskan pendidikan di bidang seni rupa dan desain. Sayangnya, ia tak mendapatkan lampu hijau dari orang tuanya.
Alhasil, Chris pun memilih jurusan Arsitektur yang masih ada “berbau” seni. Beruntung, ia diterima di Institut Teknologi
Bandung (ITB).
Selepas dari ITB, pada 1997, pria yang lulus dengan predikat cum laude ini, bekerja di konsultan arsitek Nyoman Nuarta,
dan ikut dalam proyek arsitek Garuda Wisnu Kencana, Bali. Tapi, dasar Chris yang cinta mati sama komik, setelah
siangnya bekerja sebagai arsitek, malam harinya ia membuat komik. “Saya dan empat teman bikin komik kalau malam.
Kalau siang, kita kerja kantoran,” kata Chris, terbahak.
Ternyata, Chris hanya bertahan setahun bekerja di konsultan arsitek. Pada 1998, ia mendirikan Studio Komik Bajing
Loncat bersama empat kawan semasa kuliah di ITB. Di studio Bajing Loncat ini ia berhasil menerbitkan komik yang
berjudul Katalis, Amoeba, Petualangan Ozzie, Ophir, dan lebih dari 15 judul lainnya. Waktu itu, mereka mencetak dan
memasarkan sendiri komik-komik hasil karya mereka.
Usaha mereka tak sia-sia, Penerbit Mizan dan Elex Media Komputindo tertarik pada karya mereka. Mizan meminta mereka
untuk mengisi ilustrasi kisah-kisah Nabi. Untuk menyelesaikan proyek tersebut, Chris menambah ilustrator menjadi
sebelas orang. Sayangnya, kerjasama bisnis dengan dua penerbit besar di Indonesia itu hanya berlangsung tiga tahun.
Meski pekerjaan lancar, penghasilan ternyata tidak mencukupi.
Chris dan empat kawannya sepakat melanjutkan hidup masing-masing, pada 2001. Chris pun kembali bekerja menjadi
arsitek. Sambil bekerja, Chris terus membuat komik dan melamar beasiswa. Pada 2003, suami Rennie Setyadharma ini
mendapatkan beasiswa penuh dari Fullbright Scholarship untuk melanjutkan program master di Savannah College of Art
and Design (SCAD), Georgia, Amerika Serikat, selama dua tahun. Jurusan yang diambil adalah master di bidang
sequential art. “Sederhananya, saya ambil jurusan komik,” jelas putra pasangan Lie Hong Ing dan Tan Hwa Kiem ini.
Kampus SCAD meminta mahasiswa untuk mengambil program magang, bisa di internal kampus atau di perusahaan.
Chris memilih opsi kedua. Ia magang di Devil's Due Publishing (DDP), Chicago, selama periode November-Desember
2004. DDP adalah perusahaan penerbitan yang memegang lisensi komik GI JOE. Chris merasa amat beruntung punya
kesempatan magang di DPP. Sebab, tak mudah bagi mahasiswa asing untuk magang di perusahaan komik AS papan
atas.
Seperti anak magang pada umumnya, Chris tidak dipercaya mengerjakan gambar. Melainkan hanya melakukan pekerjaan
kantoran biasa. “Saya cuma disuruh fotokopi dan mengantar dokumen ke sana-sini. Kalaupun menggambar pasti tidak
pernah dipakai,” kenang dia.
Suatu hari, Hasbro, perusahaan yang menaungi GI JOE dan Transformers, menawarkan proyek pembuatan tiga action
figure GI JOE ke DDP. DDP meminta seluruh staf ilustrator (termasuk staf magang) untuk mengirimkan karya. Tak
disangka, justru karya Chris terpilih!
Dengan rendah hati Chris mengaku bahwa dirinya yang berasal dari Asia menjadi salah satu faktor penentu. Sebab, waktu
itu, demam komik Jepang tengah melanda AS. Kebetulan Chris memiliki “gaya” komik Amerika-Jepang. Jadi, dirasa pas
dengan konsep market GI JOE besutan Hasbro.
Tawaran yang datang pada hari Jumat itu membuat pengagum komikus Jim Lee ini terpacu untuk ngebut menggambar
tokoh-tokoh GI JOE dalam berbagai pose. Hasilnya, Chris mendapatkan kontrak untuk membuat action figure selama lima
gelombang. Sampai 2008, ia mengonsep action figure GI JOE: Sigma 6 Soldier Series dan GI JOE: Sigma 6 Commando
Series yang mencapai 25 buah. Untuk satu gelombang, perusahaan biasanya merilis lima tokoh.
Hidup dari Komik
Ketika Chris kembali ke Indonesia, pada 2006, Hasbro dan DDP menjadi klien tetap Chris. Proyek action figure GI JOE
berlanjut pada proyek ilustrasi komik GI JOE dan Transformers. Satu hal yang membanggakannya adalah menerbitkan
komik Drafted bersama Mark Powers. “Drafted adalah karya orisinal karena ide cerita dari kami berdua, sejak edisi
perdana,” kata Chris, bungah.
Pada 2007, Chris membangun bisnis bernama Caravan Studio, dengan modal tabungan Rp150 juta. Caravan adalah
studio konsep desain, komik, dan ilustrasi yang fokus pada penggarapan kreatif sebuah proyek. Bila kompetitor dari
negara berkembang hanya mengerjakan labor work proyek dari perusahaan di negara maju, Caravan Studio justru aktif
menggarap proses kreatif, mulai dari tahap pencarian dan pengembangan ide, desain dan art direction, hingga output
berupa digital image. “Orang Indonesia sebenarnya banyak yang ikut serta dalam proyek komik di AS, tapi kebanyakan di
bidang pewarnaan, bukan konseptor,” jelas Chris. Lebih lanjut ia mengungkapkan, untuk perusahaan sekelas Marvel,
sebagai penciler (pembuat sketsa), Chris bisa meraup honor US$100 (sekitar Rp900.000) per lembar.
Di mata klien, Chris dan Caravan Studio dinilai memiliki penguasaan bahasa asing dan kualitas di atas rata-rata. Bekal
pengalaman selama menggarap proyek Hasbro dan DDP menjadi nilai plus Caravan dibandingkan kompetitornya. “Saya
termasuk orang yang diuntungkan dalam krisis 2008 silam. Banyak proyek lari ke Caravan,” kata dia. Chris mengaku
mendapatkan proyek internasional dengan mengandalkan jejaring semasa kuliah di SCAD dan word of mouth. Kini, Chris
tengah menggaet klien baru asal Eropa.
Ia mengungkapkan butuh enam hingga delapan bulan untuk mengerjakan satu proyek komik. Baginya, ada kepuasan
tersendiri jika melihat komik karyawanya dipajang di rak toko buku. Apalagi komiknya diedarkan di seluruh penjuru dunia.
“Comic is my life style. I create comic, I read comic, I analyze comic, I teach comic, I talk comic, and I get my income from
comic,” kata Chris. Bagi dia, komik adalah segalanya. (AWN)

Jadwal Sementara motogp 2012


Sebuah kalender sementara untuk MotoGP 2012 FIM World Championship telah dirilishari ini, dan jadwal adalah sebagai berikut:

Tanggal, Grand Prix - Circuit
15 April, Qatar * - Doha / Losail
29 April, Spanyol (STC) - Jerez de la Frontera
6 Mei, Portugal (STC) - Estoril
20 Mei, Prancis - Le Mans
3 Juni, Catalunya - Catalunya
17 Juni, Inggris - Silverstone
30 Juni, Belanda ** - Assen
8 Juli, Jerman (STC) - TBC
15 Juli, Italia - Mugello
29 Juli, Amerika Serikat *** - Laguna Seca
19 Agustus, Indianapolis - Indianapolis
26 Agustus, Rep Ceko - Brno
16 September, San Marino & Riviera di Rimini - Misano
30 September, Aragón - Motorland
14 Oktober, Jepang - Motegi
21 Oktober, Malaysia - Sepang
28 Oktober, Australia - Phillip Island
11 November, Valencia - Ricardo Tormo - Valencia

* Race Malam
**Race Sabtu
*** Hanya kelas MotoGP
STC (Subject to the contract / Berdasarkan kontrak)
TBC (To be confirmed / Untuk dikonfirmasikan)

Bahasa C untuk MC Atmega8535

ATMEGA8535/L

Atmel merupakan vendor yang mengembangkan AVR (Alf and Vegard's Risc processor) pada tahun 1997 dengan menggunakan arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer)yang mempunyai lebar bus data 8 bit. AVR mempunyai kecepatan 12 kali lebih cepat dibandingkan dengan MC MCS51.

Secara umum AVR dibagi menjadi 4 kelas, yaitu:
1. ATtiny
2. AT90Sxx
3. ATmega
4. AT86RFxx
Perbedaannya terletak pada fitur-fitur yang ditawarkan, sementara arsitektur dan set intruksi hampir sama.


PROGRAM BANTU

AVR STUDIO 4

AVR STUDIO adalah suatu proram bantu yang terintegrasi untuk menulis sekaligus debug aplikasi AVR dengan SO Windows 9x/Me/NT/XP/Vista/7. AVR STUDIO diperlukan karena Code Vision AVR-Eval memerlukan source cide dari AVR STUDIO untuk komplikasi. Untuk download AVR STUDIO 4 klik disini

CODE VISION AVR EVAL

Code Vision AVR C Compiler (CVAVR) adalah kompiler bahasa C untuk AVR. Meski hanya program evaluasi tetapi program ini cukup untuk belajar pemrograman AVR.
Untuk mendapatkan CVAVREval klik disni

Sebelum Mengaplikasikan tentukan terlebih dahulu clock dan boundrate sismin yang anda pakai....

PENAMPIL PADA LCD 2X16





Untuk menampilkan karakter atau string ke LCD sangat mudah karena didukung pustaka yang telah disediakan oleh CodeVision AVR. Tidak harus memahami karakteristik LCD secara mendalam dan tidak perlu mengetahui cara inisialisasi dan akses memori LCD. Cukup memperlakukan LCD seperti halnya monitor pada komputer.

Ayo kita praktekkan.....

RANGKAIAN LCD KE SISTEM MINIMUM

Buat proyek baru dengan setting chip, clock dan bagian LCD seperti gambar berikut:


Setelah itu Generate file, save and exit. Simpan sesuai dengan keinginan anda.


Lisiting Program:
/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.03.4 Standard
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2008 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com

Project :LCD1
Version :1
Date :9/20/2011
Author :Efniko Supratama
Company :
Comments:Dasar Penampil ke LCD


Chip type : ATmega8535
Program type : Application
Clock frequency : 11.059000 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 128
*****************************************************/

#include
#include //untuk pemanggilan delay
#include //untuk memakai library stdio.h untuk menyimpan ke SRAM

// Alphanumeric LCD Module functions
#asm
.equ __lcd_port=0x15 ;PORTC
#endasm
#include

// Declare your global variables here
char buf[33]; //deklarasi variabel buf untuk menyimpan string
//yg akan ditampilkan ke lcd
void main(void)
{
// Declare your local variables here

// Input/Output Ports initialization
// Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;

// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;

// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;

// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;

// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 0 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 1 Stopped
// Mode: Normal top=FFFFh
// OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer 1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 2 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization
// INT0: Off
// INT1: Off
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization
TIMSK=0x00;
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// LCD module initialization
lcd_init(16); //inisialisasi LCD 2x16
lcd_gotoxy(1,0); //menempatkan posisi di 0,0
//kolom 0, baris 0
lcd_putsf("TESTING"); //menampilkan string TESTING
lcd_gotoxy(0,1); //menempatkan posisi di kolom 0, baris 1
lcd_putsf("MICROCONTROLLER"); //menampilkan string
delay_ms(2000); //untuk set delay
lcd_clear(); //untuk menghapus tampilan LCD
lcd_gotoxy(0,0);
sprintf(buf,"\x7f9101152620017"); //untuk pemanggilan karakter pada library x7f
lcd_puts(buf); //untuk menampilkan karakter yg telah di panggil
delay_ms(100);lcd_clear();


while (1)
{
// Place your code here

};
}


SEVEN SEGMENT




Seven segmen merupakan suatu sistem yang smart, selain dapat dihubungkan dengan sistem minimum atau sistem mikrokontroleryang lain. Seven segment dapat juga di hubungka dengan komputer.
Seven segment dapat di operasi dalam 2 mode, mode display dan mode stand alone counter. Pemilihan ini diatur dengan cara mengganti setting jumper. Pada mode stand-alone counter, hanya berfungsi sebagai counter yang dikendalikan melalui header.
Pada mode display, dikendalikan oleh mikrokontroler atau komputer melalui antarmuka yang dikehendaki. Penggunaan antarmuka tidak dapat dilakukan bersamaan, pemilihan antara antarmuka diatur dengan cara mengganti setting jumper.

RANGKAIAN SEVEN SEGMEN KE SISTEM MINIMUM



LISTING PROGRAM SEVEN SEGMENT

Buat proyek baru. Jangan lupa setting chip dan clock dan kemudian setting bagian PORT seperti gambar berikut:


href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp1Vq2Xoxf86752dOEtJONa0FhYauhBsZqfAISBV-rkuQ5URr34vnjfCrlitp5FEzd5UOLPgt4m0-ghI1nMrzoWpIK_pQKJOHDQfz980ludEwdSd9iqpR_6vidXkd0_Vi2rA3ILGcq4vrF/s1600/Untitled2.png">


Setelah itu Generate file, Save and exit.
Lisiting Program:
/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.03.9 Standard
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2008 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com

Project :7S
Version :1
Date :11/4/2011
Author :Efniko Supratama
Company :
Comments:Dasar Penampil 00-99


Chip type : ATmega8535
Program type : Application
Clock frequency : 11.059000 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 128
*****************************************************/
#include
#include
// Declare your global variables here
void main(void)
{
// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization
// Port A initialization
// Func7=Out Func6=Out Func5=Out Func4=Out Func3=Out Func2=Out Func1=Out Func0=Out
// State7=0 State6=0 State5=0 State4=0 State3=0 State2=0 State1=0 State0=0
PORTA=0x00;
DDRA=0xFF;
// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 0 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 1 Stopped
// Mode: Normal top=FFFFh
// OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Timer 1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 2 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// INT0: Off
// INT1: Off
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization
TIMSK=0x00;

// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;

while (1)
{
PORTA=0x01;
delay_ms(500);
PORTA=0x02;
delay_ms(500);
PORTA=0x03;
delay_ms(500);
PORTA=0x04;
delay_ms(500);
PORTA=0x05;
delay_ms(500);
PORTA=0x06;
delay_ms(500);
PORTA=0x07;
delay_ms(500);
PORTA=0x08;
delay_ms(500);
PORTA=0x09;
delay_ms(500);
PORTA=0x10;
delay_ms(500);
PORTA=0x11;
delay_ms(500);
PORTA=0x12;
delay_ms(500);
PORTA=0x13;
delay_ms(500);
PORTA=0x14;
delay_ms(500);
PORTA=0x15;
delay_ms(500);
PORTA=0x16;
delay_ms(500);
PORTA=0x17;
delay_ms(500);
PORTA=0x18;
delay_ms(500);
PORTA=0x19;
delay_ms(500);
PORTA=0x20;
delay_ms(500);
PORTA=0x21;
delay_ms(500);
PORTA=0x22;
delay_ms(500);
PORTA=0x23;
delay_ms(500);
PORTA=0x24;
delay_ms(500);
PORTA=0x25;
delay_ms(500);
PORTA=0x26;
delay_ms(500);
PORTA=0x27;
delay_ms(500);
PORTA=0x28;
delay_ms(500);
PORTA=0x29;
delay_ms(500);
PORTA=0x30;
delay_ms(500);
PORTA=0x31;
delay_ms(500);
PORTA=0x32;
delay_ms(500);
PORTA=0x33;
delay_ms(500);
PORTA=0x34;
delay_ms(500);
PORTA=0x35;
delay_ms(500);
PORTA=0x36;
delay_ms(500);
PORTA=0x37;
delay_ms(500);
PORTA=0x38;
delay_ms(500);
PORTA=0x39;
delay_ms(500);
PORTA=0x40;
delay_ms(500);
PORTA=0x41;
delay_ms(500);
PORTA=0x42;
delay_ms(500);
PORTA=0x43;
delay_ms(500);
PORTA=0x44;
delay_ms(500);
PORTA=0x45;
delay_ms(500);
PORTA=0x46;
delay_ms(500);
PORTA=0x47;
delay_ms(500);
PORTA=0x48;
delay_ms(500);
PORTA=0x49;
delay_ms(500);
PORTA=0x50;
delay_ms(500);
PORTA=0x51;
delay_ms(500);
PORTA=0x52;
delay_ms(500);
PORTA=0x53;
delay_ms(500);
PORTA=0x54;
delay_ms(500);
PORTA=0x55;
delay_ms(500);
PORTA=0x56;
delay_ms(500);
PORTA=0x57;
delay_ms(500);
PORTA=0x58;
delay_ms(500);
PORTA=0x59;
delay_ms(500);
PORTA=0x60;
delay_ms(500);
PORTA=0x61;
delay_ms(500);
PORTA=0x62;
delay_ms(500);
PORTA=0x63;
delay_ms(500);
PORTA=0x64;
delay_ms(500);
PORTA=0x65;
delay_ms(500);
PORTA=0x66;
delay_ms(500);
PORTA=0x67;
delay_ms(500);
PORTA=0x68;
delay_ms(500);
PORTA=0x69;
delay_ms(500);
PORTA=0x70;
delay_ms(500);
PORTA=0x71;
delay_ms(500);
PORTA=0x72;
delay_ms(500);
PORTA=0x73;
delay_ms(500);
PORTA=0x74;
delay_ms(500);
PORTA=0x75;
delay_ms(500);
PORTA=0x76;
delay_ms(500);
PORTA=0x77;
delay_ms(500);
PORTA=0x78;
delay_ms(500);
PORTA=0x79;
delay_ms(500);
PORTA=0x80;
delay_ms(500);
PORTA=0x81;
delay_ms(500);
PORTA=0x82;
delay_ms(500);
PORTA=0x83;
delay_ms(500);
PORTA=0x84;
delay_ms(500);
PORTA=0x85;
delay_ms(500);
PORTA=0x86;
delay_ms(500);
PORTA=0x87;
delay_ms(500);
PORTA=0x88;
delay_ms(500);
PORTA=0x89;
delay_ms(500);
PORTA=0x90;
delay_ms(500);
PORTA=0x91;
delay_ms(500);
PORTA=0x92;
delay_ms(500);
PORTA=0x93;
delay_ms(500);
PORTA=0x94;
delay_ms(500);
PORTA=0x95;
delay_ms(500);
PORTA=0x96;
delay_ms(500);
PORTA=0x97;
delay_ms(500);
PORTA=0x98;
delay_ms(500);
PORTA=0x99;
};
}